Recent Blog Post
Peran Social Media di Dunia Politik Indonesia

Artikel ini ditulis berdasarkan hasil interview Seputar Indonesia (Sindo) terhadap saya seputar peran social media di dunia politik.
Sindo (Q): Sejauh mana media sosial seperti Facebook, Twitter dan YouTube menjadi alat kampanye baru dalam pemenangan seorang kandidat kepala daerah atau presiden?
Ridho Irawan (A): Membicarakan seberapa besar peran media online ataupun social media di Indonesia, paling mudah kita bisa melihat dari sisi jumlah (kuantitas). Setidaknya 1/5 penduduk di Indonesia telah "melek internet". Mayoritas dari pengguna internet tersebut menggunakan social media seperti Facebook ataupun Twitter. Selain kuantitas, kita juga perlu memperhatikan kualitas penggunanya. Pengguna sosial media umumnya adalah kaum terpelajar yang berpengaruh di masyarakat. Mereka adalah corong yang bisa memperkuat suara dari pihak-pihak yang ingin mereka dukung.
Twitter contohnya, banyak penggunanya adalah sosok yang cukup influential seperti, anak-anak muda, akademisi, wartawan, celeb, pengusaha, dan para tokoh-tokoh yang peduli dengan perubahan. Karena itu konon katanya, "Suara rakyat di mulai dari Twitter". Karena Twitter merupakan media palingupdate dan paling jujur dalam mengaspirasikan suara hati.
Kita sendiri bisa belajar pada masa kampanye Obama tahun 2008 di Amerika. Salah satu faktor yang membuat popularitas obama naik secara cepat, dikarenakan ia merupakan kandidat yang terhubung dengan calon pemilih melalui social media. Saya sendiri mulai melihat gerak-gerik Capres 2014 di Indonesia yang mulai melakukan pencitraan di social media. Bahkan ada salah satu kandidat yang kini telah memiliki lebih dari 1 juta facebook fans. Untuk mendapatkan fans sebanyak itu, tentu jumlah iklan yang dihabiskan untuk berpromosi tidak lah sedikit.
Sindo (Q): Apa kelebihan dan kelemahan memanfaatkan strategi kampanye melalui jejaring sosial ini?
Ridho Irawan (A): Kelebihan dalam berkampanye di social media antara lain :
Ridho Irawan (A): Kelebihan dalam berkampanye di social media antara lain :
- Biaya relatif lebih murah dibandingkan biaya berkampanye di TV ataupun media cetak.
- Media yang paling cepat dalam penyampaian pesan dikarenakan adanya potensi untuk terciptanya "getok tular" (viral marketing).
- Media interaktif, bukan sekedar komunikasi satu arah, sehingga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengaspirasikan suaranya kepada wakil rakyat.
- Efektifitas kampanye melalui social media cukup baik terutama bagi kalangan masyarakat terpelajar yang berlokasi di kota-kota besar dengan penetrasi internet yang cukup baik.
- Tersedia tools untuk mengukur tingkat efektifitas dari kampanye kita, seperti: Berapa jumlah pendukung kita, siapa saja profil mereka, berapa kali video kampanye kita telah ditonton, bagaimana respon mereka terhadap kampanye yang kita luncurkan, dsb.
- Pesan yang cepat menyebar belum tentu menguntungkan kandidat, namun juga dapat menjadi boomerang ketika yang menyebar adalah citra yang negatif. Citra yang negatif, selamanya akan tersedia di internet, sehingga akan selalu dapat di akses oleh masyarakat hingga kapanpun.
- Social media tidak dapat menjangkau masyarakat dengan tingkat pendapatan dan pendidikan yang menengah ke bawah, ataupun masyarakat di kota-kota kecil. Perlu di ingat bahwa masyarakat ini lah yang paling banyak jumlahnya di Indonesia.
- Biasanya, kandidat yang telah memulai paling awal mengumpulkan fans & followers, pada akhirnya merupakan kandidat dengan jumlah fans & followers paling banyak. Siapa yang memulai terlebih dahulu, cenderung memenangkan jumlah audience terbesar. Perlu usaha ekstra dan biaya yang lebih besar bagi kandidat yang tertinggal untuk menyalipnya.
Sindo (Q): Apakah media sosial ini juga bisa menjadi kontrol bagi agenda-agenda seorang kandidat jika nantinya benar terpilih dalam panggung pemilihan daerah atau presiden?
Ridho Irawan (A): Salah satu keunggulan social media adalah bentuk komunikasi 2 arah (interaktif). Alangkah sangat baik apabila seorang pemimpin berperan aktif dalam mengelola akun social media nya secara pribadi, bukan dikelola oleh orang lain. Dengan begitu ia dapat mendengar suara rakyat hingga menerima kritikan. Memiliki akun social media merupakan langkah awal yang baik bagi seorang pemimpin, untuk memberikan ruang bagi publik untuk menyapanya, berkomunikasi dengannya dan menjadi tempat berkeluh-kesah.
Nantinya, seorang pemimpin yang tidak memiliki akun social media, akan menimbulkan kesan arogan, tidak mendengarkan suara rakyat, pemimpin yang tertutup bahkan cenderung diktator.
Sindo (Q): Bagaimana studi kasus yang terjadi pada kemenangan Jokowi dalam Pilgub DKI Jakarta 2012, yang memanfaatkan media sosial?
Ridho Irawan (A): Jauh sebelum perhitungan suara KPU dirilis, bahkan sebelum dilakukan quick count, kemenangan Jokowi atas Foke sudah dapat diramalkan. Kemenangan Jokowi tercermin pada jumlah tweet dukungan dari pengguna Twitter di Indonesia. SalingSilang merangkumnya dalam bentuk infografis yang dirilis beberapa hari sebelum pemilihan cagub putaran pertama.
http://www.slideshare.net/eXoDigital/social-media-nation-social-medias-role-in-politics (slide ke-3)
Bahkan yang menarik, urutan ranking hasil perhitungan suara putaran pertama, hampir sama dengan urutan ranking jumlah tweet dukungan pengguna Twitter kepada masing-masing kandidat. Hanya saja Faisal Basri yang berada di posisi #3 di Twitter, pada perhitungan KPU ia menempati posisi #4, dikarenakan jumlah followers Faisal Basri memang sudah cukup banyak sebelum para kandidat melakukan kampanye. Karena itu pada kasus-kasus tertentu, memang betul bahwa "Suara rakyat di mulai dari Twitter".
